http://azberita.blogspot.com/

Senin, 19 November 2012

tata cara berpakaian yang sopan


A. Pakaian Dan Kehidupan Sosial Di Indonesia
Pakaian merupakan ekspresi tentang gaya hidup dan mencerminkan perbedaan status sosial. (Henk Schulte Nordholt:hal 1). Cara seseorang memilih pakaian dapat mencerminkan status, martabat, hirarki, gender, dan agama, yang mengandung makna simbolik. Barangkali ungkapan klasik tentang “kehormatan diri terletak pada kata-kata dan kehormatan raga terletak pada pakaian”, sangat tepat menggambarkan masalah ini.
Pakaian bukan sekadar menandai perbedaan dan kesamaan di dalam masyarakat, tapi juga media untuk mengekspresikan sikap tertentu terhadap pengaruh-pengaruh kebudayaan dan politik asing. Sejarah pakaian adalah sejarah tentang perebutan panggung publik kekuasaan, pandangan sosial, politik, ideologi, dan bahkan agama. Semua hal ini melekat-erat dalam pakaian baju, celana, sepatu, topi, dompet, ikat pinggang, dan lainnya. Sadar atau tidak, pakaian telah membentuk citra diri dan identitas setiap orang yang membedakan dengan “yang lain”.
Pakaian laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan karena jika dipandang secara psikologis dapat dilihat bahwa laki-laki dan perempuan itu berbeda. Perempuan cenderung tidak tertarik secara visual, sedangkan laki-laki sangat mudah tertarik secara visual. Karena itu dalam hal ini banyak perempuan yang tidak bisa mengerti kalau penampilannya akan sangat mempengaruhi laki-laki di sekitarnya secara psikologis. Wajar sekali kalau bagi perempuan dalam urusan ini banyak yang akan mengatakan, “itu suatu kewajaran hanya pikiran orang yang melihatnya saja, perempuan seperti ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan menggoda laki-laki” sedangkan bagi laki-laki, perempuan sexy tersebut menggoda bahkan kadang kala merangsang laki-laki. Memang betul bahwa banyak laki-laki mempunyai pikiran kotor bahkan sebelum melihat si sexy, tetapi tanpa ada pikiran tersebut pun penampilan perempuan yang terlalu terbuka tidak bisa dipastikan mengganggu para laki-laki. Sekali lagi itu terjadi karena natur laki-laki yang mudah tertarik secara visual. Perempuan tidak bisa begitu saja menyalahkan laki-laki akan ketertarikan atau keterangsangan laki-laki kepada perempuan yang berpakaian minim tersebut. Sebaliknya, laki-laki juga tidak bisa begitu saja menyalahkan penampilan perempuan yang agak terbuka tersebut. Mereka mengenakan pakaian tersebut karena berbagai alasan, misalnya:
  1. Tuntutan sosial zaman. Orang abad 19 akan menganggap kita yang mengenakan pakaian kemeja plus rok tertutup selutut sebagai perempuan murahan karena zaman mereka orang memang selalu menggunakan pakaian tertutup yang melebihi sekarang. Zaman terus berubah, apa yang dulu dibilang terlalu terbuka makin lama makin biasa dan tidak lagi terasa salah. Ukuran mengenai sopan tidak sopannya pakaian berubah menurut masa dan relatif berbeda-beda tiap pribadi. Selain itu, sekalipun itu tidak boleh mengikuti mentah-mentah perkembangan trend mode pakaian, namun secara sosial trend mode pakaian ini tidak bisa begitu saja disingkirkan, atau perkembangan psikologi dari perempuan tersebut bisa terganggu.
2.      Tuntutan Para Laki-laki. Para pria lebih tertarik kepada perempuan sexy sehingga wanita sexy relatif lebih mudah mendapatkan pasangan daripada perempuan berpenampilan tertutup. Jadi wajar saja para perempuan akhirnya juga secara tidak langsung terpaksa mengikuti tuntutan tersebut. Demikian juga banyak laki-laki yang menuntut pasangannya untuk berpenampilan menarik di depan banyak orang.Jadi ini adalah kesalahan para laki-laki sendiri juga.
B. Fungsi Pakaian 
Pakaian berfungsi menutup tubuh, pakaian juga merupakan pernyataan perlambangan seseorang dalam masyarakat. Sebab berpakaian merupakan perwujudan dari sifat dasar manusia yang mempunyai rasa malu sehingga berusaha selalu menutupi aurat.
Dari  sekian  banyak  ayat  Al-Quran  yang  berbicara  tentang pakaian,   dapat  ditemukan  paling  tidak  ada  empat  fungsi pakaian:
a.      Al-Quran  surat  Al-A'raf  (7):  26  menjelaskan  dua   fungsi
pakaian: Wahai putra putri Adam, sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepada kamu pakaian yang menutup auratmu dan juga (pakaian) bulu (untuk menjadi perhiasan), dan pakaian takwa itulah yang paling baik. 
Ayat  ini  setidaknya  menjelaskan  dua  fungsi pakaian, yaitu  penutup aurat dan perhiasan.
b.      Al-Quran  surat  Al-A'raf  (7):  27 Wahai putra-putra Adam, janganlah sekali-kali kamu  dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia (telah menipu orang tuamu Adam dan Hawa) sehingga ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga. Ia menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan  kepada keduanya aurat mereka berdua.
(QS Al-A'raf [7]: 27) berbicara tentang larangan mengikuti setan yang menyebabkan terbukanya aurat orang tua manusia (Adam dan Hawa).
c.      Al-Quran  surat  Al-A'raf  (7):  31 memerintahkan memakai pakaian indah pada saat memasuki masjid.
d.      Ayat 35 adalah kewajiban taat kepada tuntunan Allah  yang disampaikan oleh para rasul-Nya (tentu termasuk tuntunan berpakaian).
 
Ini menunjukkan bahwa sejak dini Allah Swt telah  mengilhami manusia   sehingga   timbul   dalam   dirinya  dorongan  untuk berpakaian, bahkan  kebutuhan  untuk  berpakaian,  seperti diisyaratkan oleh surat Thaha (20): 117-118, yang mengingatkan Adam bahwa jika ia terusir dari surga karena setan,  tentu  ia akan  bersusah  payah  di dunia untuk mencari sandang, pangan,dan papan. Dorongan tersebut  diciptakan  Allah  dalam  naluri manusia  yang memiliki  kesadaran  kemanusiaan.  Itu sebabnya terlihat bahwa manusia primitif pun selalu menutupi  apa  yang dinilainya sebagai aurat.
 
C. Etika Berpakaian Tangani Gejala Sosial
Pihak Berkuasa Tempatan (PBT) seluruh negara sebaiknya membuat undang-undang untuk mengambil tindakan terhadap remaja yang berpakaian kurang sopan atau mencolok mata di lembaga-lembaga pendidikan. Beberapa lembaga menganggap itu menjadi suatu yang pantas untuk dilakukan. Selain untuk mendidik remaja juga berfungsi memperkukuh jati diri agar tidak ikut-ikutan dengan gaya, cara berpakaian dan trend negara Barat.
Dalam sebuah surat kabar melaporkan bahwa lembaga pendidikan perlu menetapkan etika berpakaian. Presiden Persatuan Penggerak Pembangunan Komuniti Malaysia (Macom), Norizan Sharif, misalnya akan membuat definisi yang dimaksudkan sebagai pakaian tidak sopan atau pakaian yang dilarang oleh Pemerintah. Persatuan Mahasiswa Islam Universiti Putra Malaysia (PMIUPM) mendukung gagasan yang dibuat NGO itu. PMIUPM melihat perkara yang dibuat itu sebagai sesuatu yang penting dan perlu diteliti dan diambil tindakan PBT.
Saat ini jika dilihat corak berpakaian masyarakat Malaysia di lembaga-lembaga pendidikan terutama di bandar besar semakin rusak dan tidak sopan. Banyak yang berpakaian mencolok mata sehingga menimbulkan masalah seperti pelecehan terhadap kaum wanita dan pemerkosaan. Aturan berpakaian yang dibentuk bertujuan mendukung cara berpakaian remaja saat ini. Tetapi  jika dilihat ini lebih ditekankan kepada usaha mewujudkan kesadaran bersama agar setiap individu dalam masyarakat menghormati hak anggota masyarakat lain.
Seperti dibangkitkan oleh NGO, pembentukan aturan berpakaian itu juga penting dari sudut bagi mengukuhkan jati diri dan gaya hidup di kalangan remaja. Jika diperhatikan, kebanyakan remaja lebih terpengaruh dengan cara berpakaian trend negara Barat. Hal ini menimbulkan kekhawtiran karena akan menghancurkan kebudayaan yang berkembang di negara Malaysia pada khususnya. Kepentingan mewujudkan peraturan berpakaian ini tidak boleh ditunda lagi.
PMIUPM juga melihat pewujudan etika berpakaian di lembaga pendidikan perlu dan penting untuk ditekankan baik di sekolah maupun Perguruan Tinggi. Justru, PMIUPM menyeru agar pihak yang bertanggungjawab memperteguhkan pelaksanaan etika berpakaian dan etika pergaulan demi menyelamatkan generasi muda yang akan mewarisi negara ini. (Moh Hassan Sukiman, Presiden Persatuan Mahasiswa Islam UPM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar